Perselisihan antara regulator keselamatan federal dan produsen suku cadang kantung udara di Amerika Serikat terus berlanjut. Menurut laporan dari Associated Press, lebih dari 33 juta orang di Amerika Serikat sedang mengendarai kendaraan yang mengandung inflator kantung udara dengan potensi ancaman mematikan. Inflator ini, dalam kasus yang jarang terjadi, dapat meledak saat terjadi tabrakan dan melepaskan pecahan tajam.
baca juga: Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto Rencanakan Pertemuan dengan Ketua Majelis Tinggi Demokrat SBY
Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA) telah menuntut pabrikan suku cadang, ARC Automotive dari Knoxville, Tennessee, untuk menarik kembali 67 juta inflator yang berpotensi meledak dengan kekuatan yang cukup besar untuk memecahkan tabung logam dan melepaskan pecahan seperti peluru. Namun, ARC menolak untuk melakukannya dan bersiap untuk pertarungan hukum dengan agensi tersebut.
NHTSA berpendapat bahwa penarikan tersebut diperlukan setelah dua orang tewas di Amerika Serikat dan Kanada akibat inflator buatan ARC, dan setidaknya tujuh orang lainnya mengalami luka-luka. Meskipun penyelidikan telah berlangsung selama delapan tahun, NHTSA secara tentatif menyimpulkan bahwa inflator dari ARC mengalami kerusakan. Dokumen yang dirilis oleh agensi tersebut menunjukkan bahwa inflator ini digunakan pada model kendaraan mulai dari tahun 2002 hingga Januari 2018, ketika ARC memasang peralatan untuk mendeteksi masalah potensial terkait keselamatan.
Salah satu korban yang tewas adalah Marlene Beaudoin, seorang ibu berusia 40 tahun dengan 10 anak dari Semenanjung Atas Michigan. Ia terkena pecahan logam saat SUV Chevrolet Traverse 2015 miliknya terlibat dalam kecelakaan kecil pada tahun 2021. Meskipun dirinya dan empat putranya selamat dari kecelakaan tersebut, tragedi ini menjadi bukti nyata akan bahaya inflator yang tidak stabil.
ARC berpendapat bahwa tidak ada cacat keselamatan pada inflator mereka dan menolak penarikan kembali yang diminta oleh NHTSA. Mereka berpendapat bahwa permintaan tersebut didasarkan pada hipotesis daripada kesimpulan teknis, dan bahwa NHTSA tidak memiliki kewenangan untuk memerintahkan penarikan kembali oleh pabrikan suku cadang. Menurut ARC, tanggung jawab untuk melakukan penarikan kembali seharusnya ada pada produsen kendaraan.
Dalam sebuah pernyataan, NHTSA menegaskan bahwa baik ARC maupun pembuat kendaraan bertanggung jawab atas penarikan kembali dan mereka memiliki kewenangan untuk menarik suku cadang dari produsen yang memasok ke banyak pembuat mobil.
Kesimpulan
Kasus ini mencerminkan pentingnya keselamatan kendaraan dan perlunya kerjasama antara regulator keselamatan dan produsen untuk menjamin kualitas dan keamanan suku cadang yang digunakan dalam kendaraan. Masalah ini juga menyoroti perlunya pengawasan ketat terhadap produsen suku cadang untuk menghindari potensi ancaman serius terhadap pengguna kendaraan.