Sebagaimana sebuah bisnis, maka tentu akan ada saatnya mengalami keuntungan ataupun malah kerugian. Begitupun yang dialami oleh Badan Usaha Milik Negara atau BUMN, di mana di tahun 2022 ada beberapa di antaranya yang mengalami keuntungan, kerugian, hingga dilakukan pembubaran. Mana saja perusahaan BUMN yang rugi di 2022 dan mana saja yang dibubarkan?
-
PT Garuda Indonesia
Melansir laman CNBC (20/6), per September 2021, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah mencatatkan rugi bersih sebesar US$1,66 miliar. Yang mana jumlah ini membengkak dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar US$1,07 miliar. Dengan menggunakan estimasi kurs Rp14.000, maka dapat disimpulkan bahwa kerugian bersih yang dialami Garuda Indonesia adalah sebesar Rp23 triliun.
Bukan hanya mengalami banyak kerugian, namun Garuda Indonesia pun tercatat memiliki banyak utang.
Mengutip laman PresidenRI.go.id, dalam keterangan yang diberikan Erick Thohir selaku Menteri Badan Usaha Milik Negara pada Rabu (24/8/2022), bahwa pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), berhasil melakukan restrukturisasi pada Garuda Indonesia, lewat proses penundaan kewajiban pembayaran utang atau PKPU. Menurutnya, restrukturisasi ini dapat membantu perusahaan maskapai ini untuk bergerak dengan korporasi yang lebih sehat.
Erick menyebutkan bahwa salah satu indikasi yang dilakukan setelah adanya keputusan PKPU selesai yaitu pemerintah akan membantu penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun, yang mana ini sebenarnya telah diputuskan hampir 1,5 tahun yang lalu.
Baca Juga: Pengusaha Sawit Surya Darmadi Didakwa Rugikan Keuangan Negara Capai Rp73,9 Triliun Lebih
Selain itu Erick menambahkan bahwa dengan adanya restrukturisasi ini akan berdampak kepada jumlah armada pesawat yang dimiliki. Di mana, dikatakan bahwa akhir tahun, aka nada penambahan sebesar 2 kali lipat jumlah aramada Garuda Indonesia dan Citilink, dibanding jumlah yang dimiliki saat ini.
Dengan adanya penambahan ini, Erick Thohir berharap harga tiket pesawat nasional pun bisa ditekan untuk dapat lebih murah, sebagaimana instruksi Presiden.
-
PT Waskita Karya
Perusahaan BUMN yang rugi di 2022 selanjutnya yaitu PT Waskita Karya, di mana pada kuartal pertama tahun 2022, perusahaan ini melaporkan kinerja keuangan yang cenderung masih tertekan.
Meskipun kini perlahan membaik, namun berdasar laporan keuangannya, PT Waskita Karya sempat mencatatkan pembengkakan rugi besih hingga 18 kali dari kerugian di kuartal pertama tahun 2021 lalu. Di mana di tahun 2021 tercatat rugi bersih sebesar Rp46,09 miliar, naik menjadi Rp830,64 miliar.
Walaupun begitu, pendapatan Waskita sendiri malah mengalami peningkatan tipis di tiga bulan pertama tahun 2022, yang mana di kuartal pertama tahun 2021 adalah sebesar Rp2,67 trilun, lalu meningkat menjadi Rp2,74 triliun.
-
PT Perkebunan Nusantara I
Di tahun 2022, kerugian juga dialami oleh PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I). Melansir laman rmol.id, kerugian yang dialami perusahaan yang punya lahan sawit hingga 23 ribu hektare ini sempat dipertanyakan oleh Anggota Komisi VI DPR, Rudi Hartono Bangun pada Jumat (12/8). Ia pun menyebutkan bahwa terjadinya kerugian ini seharusnya ditelisik dengan baik, apalagi kerugian terjadi di saat harga Tandan Buah Segar (TBS) sedang kembali menggeliat.
Rudi pun menyebutkan bahwa mungkin saja ada kemungkinan ketidakberesan dari pihak manajemen, baik di tingkat direksi atau administrasi.
-
PT Adhi Karya
Melanjutkan paparan dari Rudi Hartono sebelumnya, nama PT Adhi Karya pun disebut-sebut jadi perusahaan BUMN yang rugi di 2022, di mana perusahaan ini dianggap belum maksimal mendapatkan keuntungan. Lagi-lagi Rudi mempertanyakan mengenai manajemen ataupun direksi, mengenai pola dan pengaturan perusahaan.
BUMN yang merupakan bisang konstruksi ini hanya mendapatkan untung bersih sebesar Rp36 miliar di tahun 2021 lalu. Padahal, perusahaan ini menjalankan proyek senilai trilunan rupiah.
-
PT Indofarma
PT Indofarma pun masuk dalam daftar perusahaan BUMN yang rugi di 2022. Di mana perusahaan ini mencatatkan rugi bersihnya sebesar Rp51,18 miliar di kuartal pertama tahun 2022. Padahal di tahun lalu, di periode yang sama, perusahaan farmasi ini mencatatkan laba sebesar Rp1,82 miliar
Kerugian yang dialami oleh perusahaan pelat merah ini terjadi karena merosotnya penjualan bersih, yang mana sebelumnya sebesar Rp373,2 miliar, menjadi hanya Rp339 miliar. Nilai kerugian inipun semakin meningkat karena beban pokok penjualan yang ikut membengkak, yang sebelumnya hanya Rp198 miliar menjadi Rp309 miliar.
-
PT Jiwasraya
Perusahaan bidang asuransi ini mencatatkan penurunan aset serta berhenti menerima premi. Selain itu, terjadi beban usaha hingga Rp8,25 triliun, yang akhirnya mendabah kerugian yang dialami perusahaan tersebut.
Bukan hanya itu saja, di laporan keuangan dari 2020-2021, perseroan pun mengalami gagal bayar. Walaupun begitu, perusahaan ini tercatat masih mempunya hasil investasi yang kenaikan tipis.
Di tahun 2021 lalu, PT Jiwasraya masih tercatat memiliki pendapatan sebesar Rp7,01 triliun, yang mana naik 261% dari tahun 2020 yaitu Rp1,94 triliun. Kenaikan terbesar pun berasal dari akun pendapatan lain yaitu sebesar Rp6,97 triliun yang naik 258,5% dari tahun sebelumnya.
-
PT Istaka Karya
Di bulan Mei 2022 lalu, perusahaan ini jadi salah satu dari 7 BUMN yang dikabarkan akan dibubarkan Erick Thohir. Namun, perusahaan jasa konstruksi yang sudah berdiri sejak tahun 1979 ini lebih dulu dinyatakan pailit pada 15 Juli 2022.
Sebelum dinyatakan pailit, perusahaan tersebut sebelumnya memang sedang dalam masalah. Di mana pada Februari 2021, perusahaan diterpa isu bahwa tidak mampu membayar karyawannya selama berbulan-bulan.
Istaka Karya tercatat memiliki utang sebesar Rp1,08 triliun di tahun 2021. Namun ekuitas perusahaannya tercatat minum Rp570 miliar, dengan total aset Rp514 miliar.
Baca Juga: Investasi Bodong NET89 Berbuntut Panjang, 15 Orang Dicekal ke Luar Negeri
-
PT Industri Sandang Nusantara
Melansir laman BUMN.go.id, Kementerian BUMN lewat PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA sebagai pemegang Surat Kuasa Khusus, sudah melakukan upaya penyelesaian penanganan BUMN yang mana selama ini belum juga terselesaikan dengan memberi kepastian hukum atas pembubaran beberapa BUMN. Pembubaran perusahaan inipun dilakukan lewat putusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 2 Februari 2022 lalu.
ISN sendiri adalah perusahaan penghasil produk benang tenun. Namun perusahaan yang telah berdiri sejak 1999 ini telah berhenti beroperasi sejak 2018. PPA pun telah memberi suntikan dana talangan senilai Rp26 miliar untuk keberlangsungan usaha, namun tetap tidak membantu menyelamatkan operasional perusahaan. Di tahun 2020 lalu, perusahaan ini mengalami kerugian bersih sebesar Rp86,2 miliar.
-
PT Industri Gelas
Pada tanggal 10 Maret 2022, melalui Keputusan Pemegang Saham, PT Industri Gelas yang merupakan produsen botol kemasan ini akhirnya resmi dibubarkan. Iglas sendiri adalah produsen botol untuk produk Coca-Cola. Namun sejak tahun 2015, terjadi penurunan permintaan, yang akhirnya membuat perusahaan inipun berhenti berproduksi.
Hal inipun semakin diperparah dengan adanya kasus korupsi yang melibatkan mantan Direktur Utama perusahaan tersebut, Daniel Sunarya. Hal ini akhirnya membuat perusahaan semakin sulit dalam hal finansial. Di mana di tahun 2020, ekuitas Iglas minus sebesar Rp1,32 triliun.
-
PT Kertas Kraft Aceh
Perusahaan KKA yang berdiri sejak 1983 ini juga resmi dibubarkan pada 11 Maret 2022. Perusahaan yang tujuan awalnya swasembada kertas kantong semen Indonesia ini berhenti beroperasi di tahun 2008, karena adanya kasus utang.
PPA pun sudah memberi dana talangan senilai Rp51,34 miliar serta pinjaman dana restrukturisasi hingga Rp141,62 miliar agar masalah utang dapat teratasi, namun di tahun 2020, ekuitas KKA berada di posisi negatif Rp2 triliun.
Itulah beberapa perusahaan BUMN yang rugi di 2022, di mana beberapa di antaranya pun akhirnya harus dibubarkan karena memiliki banyak utang dan kerugian.